Hai, udah lama gak ngepost nih. Udah pada tau kan hari ini gue mau ngepost apa?
ya betul, tentang pelaksanaan UN 2014 yang secara mengagetkan menggunakan Soal-soal standar internasional.
Wow.
Sebenernya biasa aja sih. Eits tunggu! itu bukan berarti gue bisa mengerjakan soal-soal dengan baik dan benar SEMUA-nya ya. ini akan gue jabarin beberapa penjelasan gue dan kekecewaan gue terhadap soal-soal UN Tahun ini.
Ya, berita itu datang 1 hari saat pelaksanaan UN dimulai. Gue sih stucknya di matematika. Dan gue bener-bener kecewa kenapa gue gak bisa! kenapa???
Padahal gue sering berlatih soal-soal sedari dini. berbagai tipe soal gue kerjakan bersama teman-teman sampe berulang kali. gue pun ikut bimbel dan sering konsultasi apabila ada kesulitan di soal-soal. Dan ini juga terbukti, saat gue kerjain ulang try out dan nyocokin kunci jawaban. Gue dan temen-temen gue nilainya cukup memuaskan. Bahkan kami berani mematok nilai tinggi untuk UN kami, yaitu 8,75 ada yang 9,5 bahkan 100.
Tapi kenapa gue bisa mengalami kesusahan dalam mengerjakan soal, terutama soal Matematika?
Salah satu alasannya adalah kaget terhadap tipe-tipe soal yang belum pernah sama sekali gue temuin di try out. Emang sih, soal-soal itu sesuai dengan SKL tapi kalo diperhatikan ini jauh berbeda. Dan yang perlu dicamkan sama lo semua, cara belajar yang umumnya kita pakai adalah cara belajar efektif. Apa maksudnya? yaitu BELAJAR SESUAI APA DENGAN YANG INGIN DIKELUARKAN SAAT UN alias tipe soal apa aja sih yg bakal keluar di UN. Sekarang gue tanya deh, lo angkatan tahun kemarin atau kapan lah. Belajarnya darimana? gue yakin sebagian besar bakal jawab "Dari soal-soal try out dan soal-soal prediksi UN" karena memang kita dikasih tau tipe soal yang bakalan keluar itu. So, ngapain repot-repot juga belajar bab yg lain? toh yang keluar kaya gitu. Itulah cara belajar yang sebagian diterapkan anak-anak, dan rasanya emang gak mungkin juga kita nguasain semua BAB disebabkan kita gak cuma mempelajari mtk saja, atau mempelajari kimia saja. Dan rata-rata, kaka kelas gue juga bilang gitu, mereka pelajarin bentuk-bentuk soal yang emang bakalan dikeluarin di UN. Dan hasilnya? emang bagus-bagus, sebagian besar rata-ratanya 8 keatas (Disini gue gak membicarakan yang dapet bocoran ya). Kenapa bisa begitu, itu karena bab yang dipelajari TEPAT SASARAN sehingga hasilnya pun bagus.
Sekarang kita tengok ke kasus UN 2014. Misal gue dan temen-temen gue mempelajari bab vektor. biasanya bentuk soal yang bakalan keluar adalah disuruh mencari nilai sudut dari suatu segitiga yg diketahui vektornya. Dan memang dalam beberapa kali try out, tipe soal macam itulah yang kita temuin. Tapi pas UN apa?????? BUKAN ITU BROO YANG KELUAR T_T. Kenapa gue tiba-tiba jadi merasa latihan dan kerja keras gue selama ini sia-sia? alhasil dari 40 soal gue cuma bisa sekitar 29 soal. Itupun gak cuma gue, temen gue yang emang udah dikenal "Pakar" mtk pun sempet mengeluh kesusahan. Jadi apakah ini membuktikan bahwa letak kesalahan terletak pada KAMI, angkatan 2014 yang tidak belajar dengan tekun?
Dan gue rasa, gak sedikit juga yang bisa mengerjakan dengan lancar. Mungkin memang itu disebabkan memang tenaga pengajarnya yang sudah memadai dan memang mungkin anak itu udah diberikan "Bakat Alami" oleh Tuhan berupa kepiawaian menghitung. Tapi bagaimana dengan kita yang sekolah di sekolah yang biasa-biasa aja? kemampuannya biasa saja? pengajar yang biasa aja? dan fasilitas yang biasa aja? lalu bagaimana teman-teman yang kurang beruntung yang berada di pelosok sana? yang bahkan (mungkin) belum mempunyai tenaga pegajar yang memadai? sedangkan, yang diujikan adalah berstandar Nasional (maaf, maksudnya Internasional) yang artinya se-Indonesia SKL nya sama semua. apakah adil? emangnya seluruh Indonesia isinya pakar mtk ya pak mentri?
Dan gue juga sempet bertanya kepada angkatan tahun 2013
G: "Kak tahun kemarin tuh soal yang keluar gimana sih? lalu kakak belajar dari mana aja?"
D: "Ya biasa sih, dari Try Out2 DKI, dan emang soalnya sesuai kok banyak yang keluar. tipe-tipe soalnya juga sama"
Dan hal ini merambat ke twitter, banyak anak SMA yang merasa keberatan dengan "mendadaknya" soal tipe begini tanpa sosialisasi sebelumnya. Daaan! TWEET GUE NYANGKUT KAWAN-KAWAN WAKAKAK. Ya, twitter dengan username @uyasuur. Itu gue. Kenapa gue ngetweet begitu? karena, gue pengen ngasih saran ke pak Nuh kalo buat soal lain kali diperhatikan lagi. Gue juga sedikit lebay ya haha.. maksudnya "olimpiade" disitu adalah soal-soal yang menurut "kita" angkatan 2014 cukup sulit dan asing. harusnya pak nuh tau gak semua orang di Indonesia itu diberi kecerdasan penalaran. Dan gue juga perasaan ngasih saran cuma tweet satu itu aja kok -__- JADI MASIH BERANI JUDGE GUE GENERASI TUKANG NGELUH? PERLU NIH GUE SCAN RAPOT DAN SERTIFIKAT LOMBA-LOMBA GUE DAN TEMEN-TEMEN GUE JUGA??? wong gue cuma menyampaikan aspirasi kok, ini cara gue.
Nah, ini nih. Pernyataan ini yang menurut gue tidak sesuai sama pernyataan menteri pendidikan kita, M.Nuh yang dalam kicauan twitternya berkata "Setiap tahun memang selalu ada peningkatan kesulitan soal". Tapi kata kaka kelas gue? sama aja tuh tipenya, bahkan kata dia bisa aja dia dapet 100 kalo lebih teliti karena memang tipe soal yang keluar sesuai dengan apa yang ada di kisi-kisi dan semua try out. Lalu maksud pernyataan Pak M.Nuh itu apa? gue gak ngerti, cuma dia yang ngerti.
Dan gue mau konfirmasi, gue cukup sakit hati mendengar komentar orang-orang yang berkata dan berkomentar:
Dan berbagai persepsi negatif lainnya. Siapa sih yang gak sakit hati? jujur gue sebagai anak yang bisa dibilang cukup tekun dalam belajar, berlatih, dan aktif dalam kegiatan sekolah dan sering memenangi beberapa kejuaraan, serta punya cita cita tinggi sangat sakit hati mendengarnya. Kami, angkatan 2014, sama seperti kalian, punya cita-cita dan kami berjuang mati-matian dalam mengerjakan soal. ya mungkin kami tidak ahli di matematika, atau kimia, atau fisika. Tapi kami ahli di bidang lain. Dan yang peru diingat, KAMI BUKAN GENERASI PEMALAS. Kami mengeluh di twitter semata-mata untuk memberikan saran dan menyadarkan M.Nuh atas apa yang kami alami. Kalau kami hanya diam membisu. Mau sistem amburadulnya diterapkan ke tahun-tahun selanjutnya? saya rasa kalian pada nggak mau.
Dan ada beberapa pertanyaan yang saya ingin ajukan ke orang-orang yang memberikan persepsi negatif tentang kami, angkatan 2014:
1. Kalian bilang kami generasi payah. berarti kalian generasi yang berhasil dong? coba sebutin dong kontribusi yang udah kalian sumbang ke negara apa? dalam bentuk apa? udah bisa kita rasain sekarang belom?
2. Nilai UN nya berapa sih kak? 100 semua ya? wah hebat :D terus pernah diliput TV apa aja kak?
3. Emang kakak udah berhasil meraih cita-citanya sekarang? sebutin dong apa! kalo udah salut deh :D
4. Emang kalian waktu SMA belajarnya gimana sih? gak main gitu ya ngurung diri tiap detiknya baca ngafalin buku. gak makan kak? gak shalat? gak pernah main sama temen-temen? ansos dong :(
5. Terus kakak-kakak sekalian pernah dapet beasiswa gitu ga? PASTI PERNAH DONG! wong kata kakak kita lebih bego dari kakak pasti kakak jauuuuuh lebih jenius dari kita dong. pernah dapet beasiswa ke negara mana aja kak?
6. Prestasi apa aja sih yang kakak pernah raih? tingkat apa? pasti Internasional dong :D terus pernah masuk LIPI gak? di Indonesia udah pernah dipatenkan untuk apa?
7. Ohiya terus itu yang bilang "dikerasin guru dikit lapor polisi" coba dong kasih liat link beritanya? anak SMA bukan tuh? itumah anak SD kali :D
Coba dong jawab, gue mau tau yang bilang kita bego tuh orangnya sehebat apa sih. biar kita contoh cara belajarnya, kan kita juga mau sukses.
Ohiya kesimpulannya. Buat Pak Menteri. Tolong dong, kalo mau mengadopsi soal-soal internasional seperti PISA:
1. Sosialisasikan jauh-jauh hari pak, biar kita para pelajar bisa mempersiapkan semua bab secara TEPAT SASARAN. berhubung gak semua anak punya kemampuan menghafal yang kuat. kita menyanggupi kok pak soal kaya apapun, seperti yang bapak bilang "Siswa yang tekun pasti bisa mengerjakan soal walaupun dirasa sulit". Sanggup kok pak, saya yakin niat bapak tulus untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Tapi apalah gunanya kalo latihan yang bapak berikan selama ini gak tepat sasaran? sama saja boong kan?
2. Kalau mau menaikan tingkat kesulitan soal pak, perbaiki dulu sarana pendukung pembelajaran secara merata di seantero Indonesia pak seperti fasilitas dan tenaga pengajar yang memadai. Ratakan dulu pendidikan di negeri kita pak. Kasian kan pak anak-anak pelosok dijejelin soal-soal inter? wong yang dikota yang belajarnya tekun aja kesusahan kok pak. Kalo sektor ini sudah berhasil, baru deh bapak boleh menaikkan taraf kesulitan soal-soal karena sudah sepadan dengan tenaga pendidik yang baik :D
3. Kalau memang niatnya untuk diuji coba, kenapa bapak masukkan UN sebagai bahan pertimbangan SNMPTN? beginikah cara dan prosedur yang benar? pernahkah bapak melihat ilmuwan langsung menyuntikan serum percobaan ke manusia? apakah etis kalau serum tsb belum "fix" dan berdampak buruk bagi manusia langsung disuntikkan begitu saja? oh tentu tidak, sebelum matang, serum tsb diujicobakan dulu ke tikus percobaan. OH... jadi kita tikus percobaannya bapak dong?
Tolong didengarkan ya pak. Dan buat orang-orang yang menjudge kita orang-orang / generasi yang sudah kacau. Kami minta maaf, tapi inilah cara kami meluapkan aspirasi dan kami rasa kami sudah berjuang mati-matian sesuai kemampuan dan keistimewaan yang kami miliki masing-masing. Kami juga mau sukses, kami juga tahu kok apa itu kerja keras, kami tahu kok apa akibat dari malas belajar. Maka dari itu, selama ini kami belajar. Kami selalu memanfaatkan waktu sekolah kami sebaik mungkin. Tapi memang, apa yang kami pelajari tidak tepat sasaran. Makannya sebagian dari kami ada yang bereaksi. Ini semata-mata demi kebaikan negeri ini juga.
Dan buat kita angkatan 2014, gue tau kita tegar kok buat menghadapi semuanya! kita bisa kok! Kita buktikan ke Pak Menteri. Mungkin yang dikatakan orang yang menjudge generasi kita adalah generasi kacau ada benarnya juga, MUNGKIN YA. Tapi mari sama-sama kita buktikan, KITA GAK SEKACAU YANG MEREKA PIKIR! Ayo kawan-kawan 2014. Tunjukkan! kita lebih baik dari mereka! mereka boleh menertawai kita, tapi mari kita tunjukkan bahwa mereka tidak berhak meremehkan kita!
Dan gue tekankan, maksud gue disini hanya mau meluruskan kalo apa yang kita alami itu gak sama dengan apa yang dulu senior-senior kami alami. Kami tidak minta pemakluman dari kalian, karena kami bukan anak cengeng yang ingin dimanja. kami hanya ingin dianggap generasi penerus bangsa yang masih patut diperhitungkan! bukan untuk dijelek-jelekan! dan gue gak beralasan blablabla untuk memperkuat keluhan gue. gue mau kasih tau, ini loh yang kita alami sebenarnya.
Ohiya, berhubung udah mau SBMPTN, yuk mari kita belajar! jangan sampai menyesal! kalo gue pribadi sih udah mencicil dari semester satu. gimana dengan persiapan kalian?
Kita ketemu lagi ya di kampus yang kita impikan! AMIN! :)
ya betul, tentang pelaksanaan UN 2014 yang secara mengagetkan menggunakan Soal-soal standar internasional.
Wow.
Sebenernya biasa aja sih. Eits tunggu! itu bukan berarti gue bisa mengerjakan soal-soal dengan baik dan benar SEMUA-nya ya. ini akan gue jabarin beberapa penjelasan gue dan kekecewaan gue terhadap soal-soal UN Tahun ini.
Ya, berita itu datang 1 hari saat pelaksanaan UN dimulai. Gue sih stucknya di matematika. Dan gue bener-bener kecewa kenapa gue gak bisa! kenapa???
Padahal gue sering berlatih soal-soal sedari dini. berbagai tipe soal gue kerjakan bersama teman-teman sampe berulang kali. gue pun ikut bimbel dan sering konsultasi apabila ada kesulitan di soal-soal. Dan ini juga terbukti, saat gue kerjain ulang try out dan nyocokin kunci jawaban. Gue dan temen-temen gue nilainya cukup memuaskan. Bahkan kami berani mematok nilai tinggi untuk UN kami, yaitu 8,75 ada yang 9,5 bahkan 100.
Tapi kenapa gue bisa mengalami kesusahan dalam mengerjakan soal, terutama soal Matematika?
Salah satu alasannya adalah kaget terhadap tipe-tipe soal yang belum pernah sama sekali gue temuin di try out. Emang sih, soal-soal itu sesuai dengan SKL tapi kalo diperhatikan ini jauh berbeda. Dan yang perlu dicamkan sama lo semua, cara belajar yang umumnya kita pakai adalah cara belajar efektif. Apa maksudnya? yaitu BELAJAR SESUAI APA DENGAN YANG INGIN DIKELUARKAN SAAT UN alias tipe soal apa aja sih yg bakal keluar di UN. Sekarang gue tanya deh, lo angkatan tahun kemarin atau kapan lah. Belajarnya darimana? gue yakin sebagian besar bakal jawab "Dari soal-soal try out dan soal-soal prediksi UN" karena memang kita dikasih tau tipe soal yang bakalan keluar itu. So, ngapain repot-repot juga belajar bab yg lain? toh yang keluar kaya gitu. Itulah cara belajar yang sebagian diterapkan anak-anak, dan rasanya emang gak mungkin juga kita nguasain semua BAB disebabkan kita gak cuma mempelajari mtk saja, atau mempelajari kimia saja. Dan rata-rata, kaka kelas gue juga bilang gitu, mereka pelajarin bentuk-bentuk soal yang emang bakalan dikeluarin di UN. Dan hasilnya? emang bagus-bagus, sebagian besar rata-ratanya 8 keatas (Disini gue gak membicarakan yang dapet bocoran ya). Kenapa bisa begitu, itu karena bab yang dipelajari TEPAT SASARAN sehingga hasilnya pun bagus.
Sekarang kita tengok ke kasus UN 2014. Misal gue dan temen-temen gue mempelajari bab vektor. biasanya bentuk soal yang bakalan keluar adalah disuruh mencari nilai sudut dari suatu segitiga yg diketahui vektornya. Dan memang dalam beberapa kali try out, tipe soal macam itulah yang kita temuin. Tapi pas UN apa?????? BUKAN ITU BROO YANG KELUAR T_T. Kenapa gue tiba-tiba jadi merasa latihan dan kerja keras gue selama ini sia-sia? alhasil dari 40 soal gue cuma bisa sekitar 29 soal. Itupun gak cuma gue, temen gue yang emang udah dikenal "Pakar" mtk pun sempet mengeluh kesusahan. Jadi apakah ini membuktikan bahwa letak kesalahan terletak pada KAMI, angkatan 2014 yang tidak belajar dengan tekun?
Dan gue rasa, gak sedikit juga yang bisa mengerjakan dengan lancar. Mungkin memang itu disebabkan memang tenaga pengajarnya yang sudah memadai dan memang mungkin anak itu udah diberikan "Bakat Alami" oleh Tuhan berupa kepiawaian menghitung. Tapi bagaimana dengan kita yang sekolah di sekolah yang biasa-biasa aja? kemampuannya biasa saja? pengajar yang biasa aja? dan fasilitas yang biasa aja? lalu bagaimana teman-teman yang kurang beruntung yang berada di pelosok sana? yang bahkan (mungkin) belum mempunyai tenaga pegajar yang memadai? sedangkan, yang diujikan adalah berstandar Nasional (maaf, maksudnya Internasional) yang artinya se-Indonesia SKL nya sama semua. apakah adil? emangnya seluruh Indonesia isinya pakar mtk ya pak mentri?
Dan gue juga sempet bertanya kepada angkatan tahun 2013
G: "Kak tahun kemarin tuh soal yang keluar gimana sih? lalu kakak belajar dari mana aja?"
D: "Ya biasa sih, dari Try Out2 DKI, dan emang soalnya sesuai kok banyak yang keluar. tipe-tipe soalnya juga sama"
Dan hal ini merambat ke twitter, banyak anak SMA yang merasa keberatan dengan "mendadaknya" soal tipe begini tanpa sosialisasi sebelumnya. Daaan! TWEET GUE NYANGKUT KAWAN-KAWAN WAKAKAK. Ya, twitter dengan username @uyasuur. Itu gue. Kenapa gue ngetweet begitu? karena, gue pengen ngasih saran ke pak Nuh kalo buat soal lain kali diperhatikan lagi. Gue juga sedikit lebay ya haha.. maksudnya "olimpiade" disitu adalah soal-soal yang menurut "kita" angkatan 2014 cukup sulit dan asing. harusnya pak nuh tau gak semua orang di Indonesia itu diberi kecerdasan penalaran. Dan gue juga perasaan ngasih saran cuma tweet satu itu aja kok -__- JADI MASIH BERANI JUDGE GUE GENERASI TUKANG NGELUH? PERLU NIH GUE SCAN RAPOT DAN SERTIFIKAT LOMBA-LOMBA GUE DAN TEMEN-TEMEN GUE JUGA??? wong gue cuma menyampaikan aspirasi kok, ini cara gue.
dan beritanya bisa dibaca di: sini
Nah, ini nih. Pernyataan ini yang menurut gue tidak sesuai sama pernyataan menteri pendidikan kita, M.Nuh yang dalam kicauan twitternya berkata "Setiap tahun memang selalu ada peningkatan kesulitan soal". Tapi kata kaka kelas gue? sama aja tuh tipenya, bahkan kata dia bisa aja dia dapet 100 kalo lebih teliti karena memang tipe soal yang keluar sesuai dengan apa yang ada di kisi-kisi dan semua try out. Lalu maksud pernyataan Pak M.Nuh itu apa? gue gak ngerti, cuma dia yang ngerti.
Dan gue mau konfirmasi, gue cukup sakit hati mendengar komentar orang-orang yang berkata dan berkomentar:
Dan berbagai persepsi negatif lainnya. Siapa sih yang gak sakit hati? jujur gue sebagai anak yang bisa dibilang cukup tekun dalam belajar, berlatih, dan aktif dalam kegiatan sekolah dan sering memenangi beberapa kejuaraan, serta punya cita cita tinggi sangat sakit hati mendengarnya. Kami, angkatan 2014, sama seperti kalian, punya cita-cita dan kami berjuang mati-matian dalam mengerjakan soal. ya mungkin kami tidak ahli di matematika, atau kimia, atau fisika. Tapi kami ahli di bidang lain. Dan yang peru diingat, KAMI BUKAN GENERASI PEMALAS. Kami mengeluh di twitter semata-mata untuk memberikan saran dan menyadarkan M.Nuh atas apa yang kami alami. Kalau kami hanya diam membisu. Mau sistem amburadulnya diterapkan ke tahun-tahun selanjutnya? saya rasa kalian pada nggak mau.
Dan ada beberapa pertanyaan yang saya ingin ajukan ke orang-orang yang memberikan persepsi negatif tentang kami, angkatan 2014:
1. Kalian bilang kami generasi payah. berarti kalian generasi yang berhasil dong? coba sebutin dong kontribusi yang udah kalian sumbang ke negara apa? dalam bentuk apa? udah bisa kita rasain sekarang belom?
2. Nilai UN nya berapa sih kak? 100 semua ya? wah hebat :D terus pernah diliput TV apa aja kak?
3. Emang kakak udah berhasil meraih cita-citanya sekarang? sebutin dong apa! kalo udah salut deh :D
4. Emang kalian waktu SMA belajarnya gimana sih? gak main gitu ya ngurung diri tiap detiknya baca ngafalin buku. gak makan kak? gak shalat? gak pernah main sama temen-temen? ansos dong :(
5. Terus kakak-kakak sekalian pernah dapet beasiswa gitu ga? PASTI PERNAH DONG! wong kata kakak kita lebih bego dari kakak pasti kakak jauuuuuh lebih jenius dari kita dong. pernah dapet beasiswa ke negara mana aja kak?
6. Prestasi apa aja sih yang kakak pernah raih? tingkat apa? pasti Internasional dong :D terus pernah masuk LIPI gak? di Indonesia udah pernah dipatenkan untuk apa?
7. Ohiya terus itu yang bilang "dikerasin guru dikit lapor polisi" coba dong kasih liat link beritanya? anak SMA bukan tuh? itumah anak SD kali :D
Coba dong jawab, gue mau tau yang bilang kita bego tuh orangnya sehebat apa sih. biar kita contoh cara belajarnya, kan kita juga mau sukses.
Ohiya kesimpulannya. Buat Pak Menteri. Tolong dong, kalo mau mengadopsi soal-soal internasional seperti PISA:
1. Sosialisasikan jauh-jauh hari pak, biar kita para pelajar bisa mempersiapkan semua bab secara TEPAT SASARAN. berhubung gak semua anak punya kemampuan menghafal yang kuat. kita menyanggupi kok pak soal kaya apapun, seperti yang bapak bilang "Siswa yang tekun pasti bisa mengerjakan soal walaupun dirasa sulit". Sanggup kok pak, saya yakin niat bapak tulus untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Tapi apalah gunanya kalo latihan yang bapak berikan selama ini gak tepat sasaran? sama saja boong kan?
2. Kalau mau menaikan tingkat kesulitan soal pak, perbaiki dulu sarana pendukung pembelajaran secara merata di seantero Indonesia pak seperti fasilitas dan tenaga pengajar yang memadai. Ratakan dulu pendidikan di negeri kita pak. Kasian kan pak anak-anak pelosok dijejelin soal-soal inter? wong yang dikota yang belajarnya tekun aja kesusahan kok pak. Kalo sektor ini sudah berhasil, baru deh bapak boleh menaikkan taraf kesulitan soal-soal karena sudah sepadan dengan tenaga pendidik yang baik :D
3. Kalau memang niatnya untuk diuji coba, kenapa bapak masukkan UN sebagai bahan pertimbangan SNMPTN? beginikah cara dan prosedur yang benar? pernahkah bapak melihat ilmuwan langsung menyuntikan serum percobaan ke manusia? apakah etis kalau serum tsb belum "fix" dan berdampak buruk bagi manusia langsung disuntikkan begitu saja? oh tentu tidak, sebelum matang, serum tsb diujicobakan dulu ke tikus percobaan. OH... jadi kita tikus percobaannya bapak dong?
Tolong didengarkan ya pak. Dan buat orang-orang yang menjudge kita orang-orang / generasi yang sudah kacau. Kami minta maaf, tapi inilah cara kami meluapkan aspirasi dan kami rasa kami sudah berjuang mati-matian sesuai kemampuan dan keistimewaan yang kami miliki masing-masing. Kami juga mau sukses, kami juga tahu kok apa itu kerja keras, kami tahu kok apa akibat dari malas belajar. Maka dari itu, selama ini kami belajar. Kami selalu memanfaatkan waktu sekolah kami sebaik mungkin. Tapi memang, apa yang kami pelajari tidak tepat sasaran. Makannya sebagian dari kami ada yang bereaksi. Ini semata-mata demi kebaikan negeri ini juga.
Dan buat kita angkatan 2014, gue tau kita tegar kok buat menghadapi semuanya! kita bisa kok! Kita buktikan ke Pak Menteri. Mungkin yang dikatakan orang yang menjudge generasi kita adalah generasi kacau ada benarnya juga, MUNGKIN YA. Tapi mari sama-sama kita buktikan, KITA GAK SEKACAU YANG MEREKA PIKIR! Ayo kawan-kawan 2014. Tunjukkan! kita lebih baik dari mereka! mereka boleh menertawai kita, tapi mari kita tunjukkan bahwa mereka tidak berhak meremehkan kita!
Dan gue tekankan, maksud gue disini hanya mau meluruskan kalo apa yang kita alami itu gak sama dengan apa yang dulu senior-senior kami alami. Kami tidak minta pemakluman dari kalian, karena kami bukan anak cengeng yang ingin dimanja. kami hanya ingin dianggap generasi penerus bangsa yang masih patut diperhitungkan! bukan untuk dijelek-jelekan! dan gue gak beralasan blablabla untuk memperkuat keluhan gue. gue mau kasih tau, ini loh yang kita alami sebenarnya.
Ohiya, berhubung udah mau SBMPTN, yuk mari kita belajar! jangan sampai menyesal! kalo gue pribadi sih udah mencicil dari semester satu. gimana dengan persiapan kalian?
Kita ketemu lagi ya di kampus yang kita impikan! AMIN! :)
SUKSES 2014!